Halaman

Selasa, 06 November 2012

Cerpen "Guardian Angel"



Malam kian larut, hawa dingin menusuk tulang rusuk, tanah basah belum juga mengering karena hujan sore tadi. Suasana begitu hening, tak terdengar sedikitpun derap manusia. Kompleks perumahan elit itu tampak gelap, menandakan bahwa penghuninya telah terlelap, berlayar ke pulau impian. Yang terlihat hanya cahaya bulan yang redup dan secercah cahaya kecil dari sudut sebuah rumah.  Halaman rumah yang tak begitu luas, dipenuhi berbagai jenis bunga yang tertata rapi. Nampaknya pemilik rumah itu begitu telaten merawatnya. Ternyata, pancaran cahaya itu berasal dari lampu di sebuah kamar di sudut rumah itu. Kamar itu tampak sepi, samar-samar terdengar  isak tangis seorang gadis. Tangis yang memecahkan keheningan malam itu. Gadis itu adalah Riry. Seorang gadis mungil, berambut panjang dan berkulit putih. Gadis yang sekarang masih menimba ilmu di sebuah sekolah negeri di kabupaten Ponorogo.Riry tampak lesu, parasnya yang cantik, kini dihiasi dengan tetesan air mata. Handphone yang dari tadi berbunyi tak di hiraukannya. Layar handphone itu menunjukkan 5 pesan telah diterima. Terlihat jelas bahwa pesan itu dari seseorang yang sama, yaitu “Guardian Angel”.

            Bayangan yang sangat mengganggu pikirannya, yang terus terlintas di benaknya. Bayangan sepasang mata yang selalu menghantuinya. Sesosok pria yang ia cintai. Rasta, sebuah nama yang sulit ia lupa. Seorang pria biasa dan sederhana, namun ia baik hati dan telah mampu menebarkan bunga cinta di hati Riry. Seorang pria yang telah dikenalnya sejak 1 tahun yang lalu. Tepatnya, sejak ia masuk SMA. Masa Orientasi Siswa yang mempertemukan mereka. Waktu itu Rasta telah duduk di kelas XI dan ia adalah seorang anggota OSIS. Ia bertugas menjalankan MOS di kelas Riry, yang merupakan siswi baru di sekolahan itu. Sejak saat itu mereka saling kenal, dan menjalin kedekatan. Meski kelas mereka berbeda, namun mereka selalu berangkat dan pulang bersama-sama. Rasta selalu ada untuk membantu Riry. Rasta yang selalu menjaga Riry, ketika teman-temannya ada yang menjahatinya. Tak berlebihan jika Riry menjuluki Rasta sebagai Guardian Angel atau malaikat penjaganya.
            Tapi kini yang terjadi justru sebaliknya. Hati Riry kini telah tergores luka. Luka yang ditoreh oleh Rasta, guardian angelnya. Matanya yang lentik, kini menjadi sembab, karena ia terlalu banyak mencurahkan air matanya. Kejadian yang ia lihat tadi siang telah menghancurkan mimpi indahnya.
            Siang itu, saat pulang sekolah, ia melihat Rasta membonceng seorang cewek yang tak ia kenal. Mereka terlihat akrab. Awalnya Riry mencoba tenang dan berharap cewek itu hanyalah teman Rasta. Namun harapan itu sirna, ketika Riry bertanya pada Doni, teman sekelas Rasta, tentang siapa yang di bonceng Rasta tadi. Doni berkata bahwa yang dibonceng Rasta tadi adalah Nayya, pacar Rasta. Bagai tersambar petir di siang bolong. Seketika juga air mata Riry jatuh tak tertahan. Kedekatan mereka selama ini ternyata tak berarti bagi Rasta. Perhatian, kasih sayang yang diberikan Riry hanya dianggap sebagai sahabat, tak lebih. Tanpa sepatah katapun, Riry berlari pulang. Di sepanjang jalan, air matanya tak dapat berhenti.
            “Rasta tak mencintaiku” bisiknya dalam hati. Tangis itu tak kunjung henti.
            Mata sembab itu makin lama makin redup, seiring dengan isakan yang kunjung berhenti. Riry tertidur, diselimuti dinginnya malam dan beribu kesedihan yang melandanya.
♥♥♥♥♥♥
            Kicau burung menghiasi suasana pagi. Matahari tak begitu cerah. Begitu juga hati Riry, masih diselimuti kesedihan yang mendalam. Kejadian itu memang sulit dilupakan. Riry telah siap untuk aktivitasnya bersekolah. Namun pikirannya masih melayang-layang. Ia ragu ke sekolah, dan bertemu dengan Rasta. Tapi ia tak boleh menyerah. Ia tak mau kelihatan lemah. Sebelum ia berangkat, Ia menyempatkan diri berdiri di depan sebuah kaca besar. Ia merenung sejenak.
            “Riry harus kuat. Mana Riry yang dulu? Riry yang selalu ceria. Pasti ada orang lain yang akan jadi Guardian Angelku. Yeah,, aku pasti bisa tanpamu” Ucap Riry pada bayangannya sendiri.
             Dengan berat, ia memaksakan senyum di bibirnya. Dengan langkah pasti ia keluar dari kamarnya, tak lupa dengan permen lollipop di tangannya, serta tas ransel biru kesukannya.
♥♥♥♥♥♥
            Sejam, dua jam, sangatlah lama. Bagaikan menanti turunnya salju di Indonesia. Berbagai pelajaran hari ini, lewat begitu saja di pikiran Riry. Tak ada satupun yang menempel di otaknya. Yang terlintas hanya Rasta. Sepanjang pelajaran, yang Riry lakukan hanyalah ngobrol dengan Novi, teman sebangkunya. Novi memang teman dekat Riry, ia satu-satunya orang yang bisa dipercaya Riry saat ini. Riry menceritakan semua yang terjadi pada Novi.
            Teng…. Teng… Teng….
            Bel istirahat berbunyi, memaksa Riry berhenti sejenak dari curhatannya. Seperti biasa, Riry dan Novi melalukan ritual hariannya, yaitu pergi ke kantin. Saat itu kantin terlihat sepi., mungkin karena hari ini hari kamis, jadi banyak siswa yang puasa sunnah. Tak lama kemudian, Rasta menghampiri mereka.
            “Hey Ry, kemana aja sih, aku sms gag dibales, tumben banget!” Tanya Rasta tanpa merasa bersalah.
            “Gag kemana-mana kok! Cuma lagi sibuk aja. Eh aku ke kelas dulu ya”. Jawab Tari dengan cuek dan langsung kembali ke kelas tanpa mengajak Novi.
            Rasta merasakan ada yang aneh dengan sikap Riry. Dia bertanya pada Novi apa yang telah terjadi. Awalnya Novi tak mau menceritakan yang terjadi. Namun, ia tak mau sahabatnya terus tersakiti. Ia memutuskan untuk menceritakan semua pada Rasta. Ternyat, semua yang di lihat Riry hanya salah faham. Rasta menyesal atas apa yang telah terjadi. Nayya memang gadis yang pernah ada di hatinya. Namun dua bulan yang lalu mereka telah putus. Karena sudah tidak ada kecocokan lagi di antara mereka. Rasta memang sengaja tidak menceritakan hubungannya kepada Riry, karena Rasta tau bahwa Riry tak hanya menganggapnya sebagai sahabat. Kemarin, memang Nayya meminta ketemu dengan Rasta, namun itu hanya untuk mengembalikan barang-barang yang pernah dikasih Rasta padanya waktu mereka masih pacaran dulu. Rasta juga menjelaskan bahwa yang ada di hatinya sekarang hanyalah Riry.
            ♥♥♥♥♥♥
            Teng…. Teng…. Teng….Teng…Teng…
            Bel sekolah berbunyi. Bergerombol murid-murid menuju gerbang. Tak terkecuali Riry. Tampak sesosok pria yang berdiri di samping gerbang. Wajah itu tak asing bagi Riry. Ya, itu adalah Rasta. Riry terus mencoba melangkah, melawan kakinya yang mulai terasa berat. Rasta menyapa Riry. Riry mencoba tersenyum padanya dan menghampirinya.
            “Aku tahu ry, kamu lagi sedih. Kamu salah faham Ry” Jelas Rasta mengawali pembicaraan mereka yang serius. Rasta menjelaskan semua yang terjadi. Antara dia dan Nayya, juga tentang perasannya.
            “Ry, I love you” ucap Rasta dengan tegas.
            Riry terdiam membisu. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Ia hanya membalasnya dengan tatapan mata yang berkaca-kaca. Air mata Riry tumpah tak tertahan. Entah itu air mata kesedihan atau kebahagiaan. Namun yang pasti, harapan itu muncul kembali. Semangat yang sempat hilang, kini muncul kembali.
            Sejak saat itu, hari-hari Riry dipenuhi dengan bunga-bunga cinta dan rona kebahagiaan. Hari-hari yang ia jalani sebagai pacar Rasta. Cinta yang dulu hanya bisa ia pendam, kini telah bisa ia miliki. Luka yang sempat tergores, kini telah tertutupi. Sampai akhirnya Rasta lulus dan melanjutkan kuliah di UNESA. Hal itu memaksa Rasta dan Riry terpisahkan oleh jarak. Tapi meski begitu, cinta mereka tak tergoyahkan. Dengan dasar pengertian dan kepercayaan, yang menguatkan ikatan mereka. Rasta tetaplah di hati Riry dan menjadi “GUARDIAN ANGEL”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar