Halaman

Minggu, 23 Desember 2012

Sejarah sastra Novel "Pertemuan Dua Hati"


Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pengarang       : Nh. Dini
Tahun Terbit    : 1986
Buku               : Cetakan ke-11,2001
Tebal               : 87 halaman
Periode            : 1980-an
            Novel pertemuan dua hati ini menceritakan kisah seorang wanita bernama Bu Suci, yang telah sepuluh tahun menjadi seorang guru di kota Purwodadi. Ia menikah dengan seorang seorang ahli mesin dan dikaruniai tiga orang anak. Sampai suatu hari suaminya dipindah tugaskan ke kota Semarang, ia,ketiga anaknya, beserta Uwaknya terpaksa ikut pindah. Suci melamar sebagai guru baru di sebuah sekolah dan anaknya pun bersekolah disana. Sehari setelah ia mulai bekerja di sekolah itu, ia berusaha untuk dapat mengenal dan memahami anak didiknya satu persatu. Setelah hari ke empat ia bekerja, ada sesuatu yang aneh dia rasakan. Ada seorang anak didiknya yang belum juga masuk, yang bernama Waskito. Yang lebih aneh lagi, setiap Ibu Suci menanyakan kemana Waskito kepada anak didiknya yang lain, tidak ada satupun yang tahu atau pun menjawab. Ibu Suci penasaran, ia terus mencari tahu apa yang telah terjadi kepada anak didiknya tersebut. Ia pun mengetahui bahwa anak didiknya tersebut termasuk anak yang sukar, bandel dan nakal. Waskito selalu membuat onar, mengganggu teman-temannya dan bersikap aneh.
            Suatu hari ibu Suci ingin berkunjung kerumah nenek Wasito, karena menurut informasi Wasito tinggal disana. Ia ingin mengetahui sebab-sebab mengapa Wasito bertingka seperti itu. Sesampainya di rumah neneknya, ibu Suci pun mulai berbincang-bincang dengan nenek Wasito. Nenek Wasito pun menceritakan semua hal tentang Wasito. Ternyata Wasito itu hanyalah seorang anak yang kurang perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sebenarnya Waskito adalah anak yang baik dan pintar. Setelah mengetahui kenyataan yang terjadi, ibu Suci pun ingin membimbing anak didiknya tersebut untuk menjadi lebih baik, mengembalikan Waskito menjadi anak yang baik. Ibu Suci terdorong bekerja secara profesional untuk menjadi pendidik yang baik. Meskipun ia mendapat cercaan dari rekannya sesama guru. Menurut rekan-rekannya seorang guru hanya bertugas mengajar di kelas saja. Namun, ibu Suci tak menghiraukan pendapat tersebut. Baginya, seorang guru layaknya tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik, pembimbing, pengayom anak didiknya.
            Keprofesionalan ibu Suci diuji. Anak keduanya mengidap penyakit ayan. Sebagai seorang ibu, Suci harus terus merawat anaknya, namun di sisi lain sebagai seorang guru, ia juga harus menyelesaikan tugasnya membimbing Waskito. Ibu Suci menjalani hari-harinya dengan setengah-tengah. Ia berusaha sebaik mungkin membagi waktunya. Berkat usaha kerasnya, ibu Suci berhasil melakukan pendekatan kepada Waskito.  Akhirnya, ibu Suci berhasil merubah sikap Waskito. Waskito berubah menjadi anak yang baik dan ia menjadi juara kelas.
Komentar :
            Sesuai dengan karakteristik karya sastra pada periode 80-an, novel pertemuan dua hati ini mengangkat masalah konsep kehidupan sosial. Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh, Dini menyajikan watak atau kepribadian tokoh utama yang istimewa sebagai guru SD. Novel ini mengangkat kisah seorang guru yang mempunyai prinsip untuk selalu menjunjung tinggi keprofesionalannya. Bu Suci disini diceritakan memberi pengaruh terhadap anak didiknya di sebuah kota besar menjadi anak yang lebih baik. Bu Suci menjalankan perannya sebagi guru tanpa mengesampingkan kodratnya sebagai seorang ibu.
            Dengan bahasa yang realisitis, pembaca mudah memahami cerita yang disajikan. Novel ini juga mempunyai pesan moral yang baik untuk diteladani, yakni bagaimana seorang guru yang begitu menghargai pendidikan di negeri ini yang saat ini sudah jarang dituntut keprofesionalannya. Guru sekarang seolah acuh terhadap permasalahan yang sedang muridnya hadapi dan cenderung tidak peduli atas perilaku setiap muridnya. Mereka hanya bertugas mengajar materi dan selesai sampai situ saja. Padahal tugas seorang guru sebenarnya untuk membimbing muridnya agar menjadi seorang yang baik dan berguna. Selain itu, novel ini juga memberikan pesan kepada orang tua yang seringkali lupa akan memberikan pengajaran yang baik untuk anaknya. Memanjakan anak boleh saja namun harus diberitahu dan dibekali norma dan aturan yang berlaku di masyarakat pula agar tidak tersesat nantinya.
            Sedikit banyak, kisah ini  diilhami dari kehidupan nyata penulis. Sebagai seorang istri diplomat, Nh. Dini harus selalu ikut kemanapun suaminya bertugas, seperti yang dialami tokoh ibu Suci. Dengan latar belakang ibu seorang pembatik yang gemar bercerita tentang kehidupan, budaya Jawa dan kisah-kisah wayang membuat NH Dini kecil tumbuh sebagai anak yang penuh imajinasi, suka membaca dan menuangkan isi hatinya dalam bentuk tulisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar