Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka
Terbit : 1944
Tebal :
Periode : Zaman Jepang
Novel ini menceritakan hidup seorang pemuda
berumur 24 tahun, yang bernama Amiruddin. Dia datang dari Bandung ke Jakarta
untuk melihat pasar malam. Dalam perjalanan ke pasar malam dalam trem (kereta)
ia bertemu dengan seorang gadis yang sangat menarik hatinya. Selama perjalanan,
lamunan Amiruddin tetap kepada wajah gadis itu. Sampai di dalam pasar malam,
tiba-tiba Amiruddin bertemu dengan gadis yang ada di dalam trem tadi. Kebetulan
mereka sama-sama membeli sapu tangan. Ternyata sapu tangan yang dibeli itu
tertukar. Amiruddin menerima sapu tangan bertuliskan nama Astiah dan
sebaliknya. Setelah kejadian tersebeut, Amiruddin bertemu juga dengan Pak Soewondo yang ternyata adalah sahabat
akrab ayahnya.
Sebelum
Amiruddin kembali ke Bandung, Ia menyempatkan diri berkunjung ke rumah Pak
Soewondo. Betapa terkejutnya ia, melihat sosok gadis manis itu berada di rumah
Pak Soewondo. Ternyata gadis yang bernama Astiah itu adalah anak dari rekan
akrab ayahnya. Amiruddin berpamitan pulang ke Bandung dan istri Pak Soewondo
menitipkan bungkusan untuk keluarga Amiruddin. Ketika Amiruddin telah tiba
kembali di Bandung, adiknya menyambut dengan gembira. Bungkusan
kiriman istri Soewondo diberikannya kepada ibunya. Ibu Amiruddin
sangat gembira menerima kiriman dari sahabat lamanya itu. Amiruddin pun tak
terkira senang hatinya karena ia juga mendapat sepucuk surat dari Astiah
beserta sapu tangannya yang tertukar.
Hubungan
akrab antara keluarga Soewondo dengan keluarga Amiruddin pun terjalin baik
setelah mereka berkunjung dan berjumpa dengan Nyi Zubaidah, ibu Amiruddin.
Lebih-lebih lagi hubungan Amiruddin dengan Astiah. Amiruddin pun mengungkapkan
isi hatinya kepada Astiah melalui sebuah surat dan Astiah menyambut perasaan
Amiruddin dengan baik.
Sementara
itu suasana perang makin terasa. Amiruddin hampir tak ada kesempatan memikirkan
kekasihnya. Pikirannya tercurah kepada mempertahankan tanah air. Amiruddin,
Haryono, dan kawan-kawannya bermaksud menjadi pasukan pembela tanah air. Hanya
karena desakan ibunya ia menyempatkan untuk memadu pertunangan dengan
Astiah. Amiruddin bingung, karena ia akan berangkat ke medan perang, sementara
pernikahannya pun juga akan berlangsung. Ia tidak tega meninggalkan kekasihnya.
Meskipun
Amiruddin hendak maju ke medan perang, ternyata Astiah juga ingin maju ke medan
perang berjuang sebagai juru rawat. Beberapa hari sebelum mereka menuju medan
perang, Amiruddin dan Astiah melangsungkan pernikahan dengan upacara sederhana
tapi berkesan. Nyonya Soewondo dan Nyi Zubaidah merelakan keduanya berangkat ke
medan perang untuk melaksanakan bakti mereka atas Cinta Tanah Air.
Komentar :
Dilihat
dari segi bentuknya, karya sastra ini berwujud novel, meskipun demikian novel
ini tidak terlalu tebal. Hal ini disebabkan pengaruh kondisi pada saat itu,
yaitu masyarakat dituntut untuk bekerja keras, cepat, dan singkat dalam segala
hal. Sesuai dengan karakteristik karya sastra pada zaman Jepang, novel ini diwarnai
dengan propaganda. Slogan-slogan yang dicantumkan dalam novel membuat para
rakyat pribumi beranggapan bahwa karakteristik orang-orang Jepang adalah baik. Misalnya
ketika Amiruddin pergi ke pasar malam dan di dinding-dindingnya banyak sekali
slogan-slogan tentang Dai Nippon.
Novel
ini juga penuh dengan semangat nasionalisme. Seorang pemuda, bernama Aminuddin
dan kekasihnya, Astiah, memilih untuk pergi berperang membela tanah air
dibandingkan dengan mementingkan kepentingan pribadi mereka. Dalam novel ini,
pengarang menggunakan bahasa Indonesia, sehingga ceritanya mudah dipahami.
Cerita yang runtut juga memudahkan pembaca memahami jalan cerita, sehingga
pembaca seakan larut dalam cerita.
salam kenal mbak
BalasHapusPuisi Puteri imperialism | Angin memecut disimpang jalan | Seorang burjuis berdiri sendirian. | Semalam di suatu kampung | Bagai kabut mengambangdalam caya purnama | Kabut-kabut hari menimpa senja. | Sahabatku, saudara, manusia yang lesu | Nasehati daku sampai saat ajalku! | Apa dicari dalam yang baru? | Lagu hati yang tersinggung | Algojo kemerdekaan, orang ulung, dan kemegahan | Puisi ada damai didalam badai. | Puisi Sang Nabi | Puisi Gairah hidup yang mati | Puisi Kepada penyair | Puisi Gerhana matahari | Puisi Cinta Tidak Lucu | Puisi Internet Telkom Lambat | Puisi Ucapan Selamat Tahun Baru 2013 | Puisi Jatuh Cintakah Aku Padamu | Puisi Cinta Kau Aku Dan Masa Lalu | Puisi Kenangan Indah Tak Terlupakan | Puisi Rayuan Gombal Maut | Puisi Hati Galau Sendiri | Puisi Anak Jalanan
salam kenal juga,,, :) makasih
BalasHapusjumlah halaman bukunya brp?
BalasHapuskemaren lupa dicatat, dicari bukunya tak ada lagi
BalasHapus