Pengarang : Armyn Pane
Penerbit : PT Pustaka Rakyat – Jakarta
Tahun Terbit : 1933
Cetakan : Keempat – Maret 1957
Tebal : 132 halaman
Periode : 1930-an/Pujangga Baru
Novel ini menceritakan tentang adanya
kemelut kehidupan rumah tangga, antara Sumartini (Tini) dan Sukartono (Tono).
Tono adalah seorang dokter yang menikahi Tini tidak dengan berdasarkan cinta,
tetapi karena Tini dianggap pantas untuk mendampinginya. Demikian pula
sebaliknya, Tini juga tidak mencintai Dokter Tono. Ia hanya sekedar ingin
membantu karier Tono dan melupakan masa lalunya yang kelam. Kemelut dalam rumah
tangga ini tak dapat terhindari. Masalah yang mereka hadapi tidak pernah
dipecahkan bersama-sama sebagaimana layaknya suami istri. Masing-masing takacuh
serta sering salah paham dan bertengkar.
Ketidakharmonisan keluarga ini
semakin menjadi karena Tono terlalu sibuk merawat pasien sehingga dia tidak
punya waktu untuk bersama Tini. Akibatnya, Tini pun menjadi lebih aktif dengan
kegiatan sosial, sehingga dia tidak mengurus rumah tangga. Hal ini membuat Tono
semakin menjauh, sebab dia ingin Tini menjadi istri tradisional yang bersedia
menyiapkan makan dan menunggu dia di rumah.
Dokter Tono mendapat panggilan dari
seseorang yang bernama Nyonya Eni, yang mengaku dirinya sedang sakit keras dan
minta dirawat. Ketika Tono mendatanginya, dia terkejut ketika mengetahui bahwa
Ny. Eni sebenarnya adalah Rohayah (Yah), teman kecilnya di sekolah rakyat. Pada
saat itu Yah telah menjadi janda. Dia korban kawin paksa. Karena tidak tahan
hidup dengan suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta. Di
Jakarta Yah terjun ke dunia malam, ia menjadi pelacur dan selama tiga tahun ia
menjadi simpanan pria Belanda. Yah sebenarnya secara diam-diam sudah lama
mencintai Dokter Tono, oleh karena itu Yah mencoba menggoda dokter tersebut.
Pada awalnya Dokter Tono tidak tergoda, namun Yah terus menggodanya sehingga
Tono pun tergoda. Menurut Tono, Yah dapat memberikan banyak kasih sayang yang
sangat dibutuhkannya. Dokter Tono tidak pernah merasakan ketentraman dan selalu
bertengkar dengan istrinya, sehingga dia sering mengunjungi Yah. Dia mulai
merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya yang kedua.
Suatu hari terungkaplah masa lalu
kelam Tini bersama Hartono, yang telah merenggut keperawanannya saat masih
kuliah. Setelah itu, Tini pun mengetahui hubungan suaminya dengan Yah. Masalah
semakin runyam hingga Tini memutuskan untuk mengadakan pertemuan dengan Yah.
Dia ingin melabrak wanita tersebut. Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan
Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Yah yang sebelumnya dianggap sebagai
wanita jalang, ternyata merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah. Tini
mulai beranggapan bahwa Yah lebih cocok untuk Tono. Dia merasa telah gagal
menjadi Istri, sehingga dia mutuskan untuk berpisah dengan suaminya. Permintaan
tersebut dengan berat hati dipenuhi oleh Dokter Sukartono. Bagaimanapun, dia
tidak mengharapkan terjadinya perceraian. Betapa sedih hati Dokter Sukartono
akibat perceraian tersebut. Hatinya bertambah sedih saat Yah juga pergi. Yah
hanya meninggalkan sepucuk surat yang mengabarkan jika dia mencintai Dokter
Sukartono. Dia akan meninggalkan tanah air, pergi ke Calidonia.
Komentar
:
Sesuai dengan karakteristik karya
sastra peride 1930-an atau angkatan Pujangga Baru, tema yang diangkat dalam
roman ini lebih beragam daripada angkatan Balai Pustaka. Roman ini mengangkat
tema tentang persoalan suami istri. Roman ini begitu berani mengungkap
kejelekan rumah tangga dari seorang dokter, profesi yang dianggap terpandang. Dalam novel ini bisa dilihat
bahwa hubungan antara Tono dan Tini bukanlah selayaknya pasangan suami istri
pada umumnya. Terkesan hanya menjalani sebuah hidup dengan status sosial
semata, sementara masalah hati tidak diabaikan dalam bahtera rumah tangga
mereka.
Armyn Pane selaku penulis buku ini membuat sebuah karya yang mampu membawa
pembacanya seolah masuk dalam perasaan emosional para pelaku dalam cerita. Penggunaan gaya bahasa Indonesia dan masih bercampur dengan bahasa Belanda
menambah estetika dari roman ini. Maka tak heran banyak kosakata yang
terdengar asing jika diucapkan saat ini, seperti prognose, rouge, realiteit, dll. Roman ini sempat ditolak oleh Balai Pustaka dengan alasan isi
ceritanya mengandung banyak kritik sosial dan politik yang bisa memicu konflik
dalam masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar